Kamis, 23 April 2009

[Edisi 5] Ada Duka di Justisia dan Ngaliyan Metro


Rabu pekan lalu (8/4) LPM Justisia kehilangan salah satu kru berbakat, Nasihin. Ia seorang anak yang taat beribadah. Terbukti, di akhir hayatnya ia dalam keadaan berpuasa.
Selain bergabung di Justisia dan Ngaliyan Metro sebagai alter-natif pengem-bang intelektual, ia juga menjadi anggota UKM JQH (Jamiyatul Qura wa Hufadz). Sebuah organisasi intra kampus yang berkecimpung dalam bidang keagamaan. Seperti; tafsir, qari’, kaligrafi dan sejenisnya. Di JQH, ia menekuni kaligrafi. Karena bakat dan minatnya, ia juga diberi kepercayaan memainkan key board.

Nasihin merupakan orang yang aktif. Ia pernah mengatakan curahan hatinya kepada salah satu sahabat di Ngaliyan Metro, Farid. Ia ingin dapat sedikit meringankan beban orang tuanya yang telah berusia lanjut dengan kuliah sambil bekerja. Tetapi ia tidak mempunyai waktu yang cukup untuk itu. Kemudian ia melihat selebaran di mading masjid kampus 3, tentang dibutuhkan seorang takmir di Masjid Bandara Ahmad Yani. Kemudian ia mendaftar dan akhirnya diterima. Bersamaan dengan itu, dia tinggal di sana.
Banyak teman yang tidak menduga ia dipanggil Yang Kuasa secepat itu. Padahal siangnya ia masih bercanda ria dengan teman seangkatannya. Sofil, Ketua JQH menuturkan, sebelumnya ia mengikuti latihan rebana bersama-sama. Setelah itu ia diajak untuk menghadiri hajatan dalam rangka tujuh bulanan di rumah Pak Munir atas permintaan Pak Munir sendiri. Pak Munir adalah guru SMP 30 Semarang yang juga senior takmir di masjid Bandara Ahmad Yani.
Menurut keterangan saksi yang menunggui almarhum di RS dr. Soewondo Kendal, Ia menabrak sebuah truk yang hendak mengisi bahan bakar di jalur lingkar arteri Kendal. Ketika truk hendak belok, secara perlahan-lahan truk tersebut menurunkan kecepatan. Di sisi lain almarhum yang mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi tidak dapat mengendalikan motornya sehingga menabrak. Dari kondisi yang ada, ia mengalami patah tulang pada kedua kaki, bahu kiri dan tengkorak.
Sebelum dikebumikan, jenazahnya sempat dibawa ke RS Kendal untuk diamankan. Ketika di RS, jenazah juga telah dimandikan dan disholati. Sehingga sewaktu dibawa pulang jenazah telah dalam keadaan suci dan siap dimakamkan. Saat berada di RS, kedua orang tuanya tidak dapat menjemput, hanya tetangga dan kepala desa. Karena situasi yang tidak memungkinkan untuk orang tua almar­hum yang telah renta, serta kondisi jalan yang cukup memprihatinkan. Almarhum dibawa pulang pada pukul 10 malam. Dan proses pemakamannya dilaksanakan malam itu juga, pukul 02.00 WIB.Nasihin, adalah anak yang taat beribadah. Terbukti dihari ia dipanggil Sang Kuasa. Ia sedang menjalankan puasa. Puasa tersebut ditujukan untuk dirinya sendiri. Karena hari itu bertepatan dengan penanggalannya atau weton Nasihin (tanggalan bagi orang jawa).
Pihak truk sendiri telah bersi­laturrahmi kepada keluarga dan teman-temannya ketika masih berada di RS. Manager truk yang berkunjung ke RS mengatakan bahwa “kejadian ini sama-sama tidak kita inginkan.” Lalu, ia meminta untuk diselesaikan secara kekeluargaan. Seiring dengan duka yang masih menyelimuti, selang lima hari dari kejadian tersebut, kru Justisia dan Ngaliyan Metro ta’ziah di kediamannya. Di dukuh Bakalan Desa Bangunrejo, Pageruyung, Kendal. Acara tujuh hari kematiannya cukup diadakan di PKM, 15 April silam dengan tahlil bersama. Pihak keluarga, yang diwakilkan kakak dari almarhum menyampaikan permin­taan ma’af jika tingkah laku almarhum selama ini banyak melakukan kesalahan. Serta dimohon keihlasannya apabila mempunyai permasalahan, dan pihak keluarga akan menanggung semua perbuatan almarhum berkaitan materi, seperti hutang, dll. (Farid/NM)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar