Kamis, 23 April 2009

[Edisi 3] Justisia Mesin Pencetak Intelektual

Dari tahunke tahun Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) Justisia selalu mencetak para intelektual muda. Sejak angkatan pertama tahun 1993 para intelek, misalnya Rumadi salah satu dosen UIN Jakarta, Arja Imroni dosen Ulumul Qur’an di IAIN Walisongo Semarang Fakulas Syari’ah, Imam Yahya dosen Kewarganegaraan IAIN Walisongo Semarang , Sumanto al Qurtubi salah satu mahasiswa doktoral University Boston AS, Tedi KH dosen Islam dan HAM di IAIN Walisongo Semarang, Iman Fadhilah dosen filsafat ilmu di IAIN Walisongo Semarang, dan masih banyak lagi yang belum di-cantumkan.

Periode 2008/2009 dua peng­hargaan berhasil digondol aktifis LPM justisia. Pada upacara wisuda semester genap 26 februari 2009 M. Najibur Rohman berhasil meraih skripsi awards. Selain mendapatkan peng­hargaan tersebut, Najib juga lulus dengan Indeks Prestasi yang bisa dibilang lumayan, yaitu 3,68. “Saya tidak punya waktu banyak untuk menggarap skripsi karena dikejar waktu dan sakit,” ujar lulusan 11 semester ini.
Sewaktu masih aktif kuliah M. Najibur Rohman termasuk penulis yang tergolong produktif. Banyak prestasi yang diraih misalnya juara 1 esai kepemimpinan pemuda 2006 yang diadakan oleh kemenpora RI, peraih artikel awards untuk penulis muda terproduktif dari Departe­men Agama (Depag) 2006, dan pimpinan nasional anual conference 2006. Wisuda­wan yang akrab disapa najib ini tulisannya, baik resensi maupun artikel banyak dimuat surat kabar seperti Suara Merdeka, Tempo, Kompas, dan Wawasan.
Posisi terakhir di Justisia M. Najibur Rohman menjabat sebagai pimpinan redaksi jurnal Justisia mitos-mitos kenabian edisi 31. Selain aktif di Justisia pemuda kelahiran Rembang ini juga aktif di Lembaga Studi Agama (eLSA) sebagai redaktur. Di luar kampus dia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indoneia (PMII).
Prestasi yang kedua berhasil diraih M. Nasrudin dengan IPK tertinggi di Fakultas Syari’ah (3,88). Pemuda kelahiran Lampung ini menyelesaikan program S1 hanya 9 semester. Selain urusan akademik di Justisia posisi terakhir Nasrudin sebagai pimpinan redaksi jurnal edisi 33 Historio-grafi Tradisi Hukum Nusantara.
Selain aktif di intra kampus, Nasrudin-pun aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam lingkup ekstra kampus. Bujang pendiam ini banyak menyumbangkan pikiran dan tenaganya pada PMII. Diberbagai kegiatan PMII Komisariat maupun Rayon dia sering mengisi sebagai pembicara. Sehingga tidak heran kalau namanya terkenal di kalangan mahasiswa maupun dosen.
Dia juga aktif di Jaringan Islam Kampus (Jarik) sebagi sekretaris. Di Lembaga Study Agama (eLSA) posisi Nasrudin sebagai redaktur satu divisi dengan Najib.
Patut kita banggakan kedua wisudawan ini. Meskipun sibuk dengan berbagai kegiatan, mereka tidak melupakan tugas utamanya sebagai mahasiswa. Bahkan kedua wisudawan ini sanggup menyelesai­kan skripsi dalam waktu singkat, hanya dua minggu.
Jangan pernah patah semangat. Senior kita sudah cukup membuktikan bahwa mahasiswa Fakultas Syari’ah berkualitas tinggi. Sudah saatnya kita membuktikan Sarjana Hukum Islam (S.Hi) mempunyai nilai plus. (Cep)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar