Kamis, 23 April 2009

[Edisi 3] Pelayanan Poliklinik Kurang Memuaskan


Ngaliyan - Selain memberikan pen-didikan kepada mahasiswa poliklinik juga memberikan fasilitas kesehatan. Demikian kata Pembantu Rektor (PR) III, Prof. DR Erfan Subahar, MA. Dengan kesehatan, tambahnya, kita dapat melakukan segala aktifitas yang ada. “Tanpa kesehatan segala sesuatunya akan terbengkalai.”
Pernyataan di atas menjadi dasar adanya pelayanan kesehatan bagi mahasiswa dan karyawan. “Pelayanan poliklinik disini (Kampus-Red) hanya berupa kesehatan umum dan gigi. Pelayanan ini didukung oleh dokter negeri yang dibantu beberapa dokter dan perawat.”

Pengelolaan poliklinik dipegang secara langsung PR III, sedangkan PR I dan II sebagai penasehat. Koordinator poliklinik dijabat dr. Sri Hartiningsih. Anggotanya terdiri atas Kepala Biro, KepalaBagian Akademik, dan Kapala Sub Bagian Kemahasiswaan.
Pelayanan kesehatan ini, dapat juga digunakan oleh masyarakat umum dan askes pegawai negeri. “Yang mana, penggunaanya sesuai jam kerja. Baik untuk pihak mahasiswa, karyawan, dan masyarakat umum,” ujarnya.
“Makanya, kami berusaha me-ngembangkan pelayanan dengan sebaik mungkin,” jabar Sri Harti­ningsih. Terbukti setiap tahunya selalu ada peningkatan pelayanannya.
Meskipun begitu, hal demikian belum bisa dirasakan sepenuhnya mahasiswa. Pasalnya, ada beberapa mahasiswa yang mengatakan, poliklinik pelayanannya kurang memuaskan.
“Hanya menanyakan apa yang menjadi keluhan saja tanpa ada pendeteksi penyakit atau pemerikasaan,” ujar salah satu mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya.
Sehingga pernah ada seorang maha-siswa yang merasakan panas, pusing, ngantuk berat bahkan susah buang air setelah minum obat dari poliklinik tersebut.
Selaku koordinator poliklinik, kejadian di atas disanggah Sri Hartiningsih. “Masak, padahal kita sudah memberikan pelayanan yang baik. Kalau pendeteksian penyakit dapat dilihat dari keluhan yang dirasakan pasien.”
Dalam dunia kedokteran, keluhan dinilai 60 % mewakili sakit yang diderita dan 40 % deteksi. “Kalau dokter sudah yakin dengan apa yang diderita pasien, tidak perlu pemeriksaan lanjut. Kecuali bila pasien belum sembuh setelah minum obat,” paparnya.
Sedangkan dalam hal mahasiswa kurang sabar dalam proses penyembuhan. Dan mahasiswa kurang patuh dengan aturan yang ada. Buktinya saja obat yang seharusnya diminum dalam jangka tiga hari, hanya diminum dua hari karena pasien merasa sudah enakan. Serta beberapa bukti yang ada, mahasiswa tidak menggunakan pelayanan dengan baik”, tambahnya.
Sri mengatakan, pernah ada kasus di poliklinik karena pemakaian kartu kesehatan milik mahasiswa lain. “Nah ini yang menjadi salah kaprah dalam hal pemberian obat sehingga terjadi peristiwa yang tidak diinginkan. Karena, respon anti body dalam tubuh masing-masing orang itu berbeda,” tambahnya.
Poliklinik IAIN Walisongo tidak hanya menangani pelayanan sakit biasa tetapi, juga menangani operasi. Akan tetapi, operasi yang dilakukan hanya dalam skala luka kecil. Apabila dokter di sana tidak berkompeten dengan luka besar, maka pasien diberi rujukan ke Rumah Sakit yang sudah ditentukan.
Biaya pengobatan yang ditarifkan di poliklinik ini, ditentukan untuk mahasiswa bebas biaya karena sudah ada anggaran tersendiri. Sedang untuk karyawan dan masyarakat umum ditentukan sesuai dengan penyakit dan obatnya. Menutup perbincangan dengan Sri, dia berpesan untuk semua pengguna poliklinik “Tolonglah patuhi prosedur yang ada. Obat diminum sesuai dengan aturan, agar tidak menimbulkan kekecewaan bagi pasien. Ya. ketika obat harus habis, maka dihabiskan. Jangan preh udah merasa enakan, obat langsung diberikan kepada temannya. Kartu juga disimpan secara benar dan jangan dipinjamkan kepada orang lain.”(Yani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar